Tulisan berikut adalah tulisan asli dari Bakungan, seorang yang rajin menulis artikel-artikel menarik di Kompasiana.
Admin: Saya tak pernah terlintas untuk mengejar sorga atau sejenisnya tapi yang selama ini ada di pikiran saya hanya, bagaimana agar saya menjadi orang yang baik menurut orang banyak dan mulia di mata sang Pencipta.
Hindu itu kafir! tidak akan masuk surga.
Ini adalah kalimat yang sering saya dengar, dahulu saya marah mendengar kalimat ini. bahkan ketika seorang kawan mengatakan cerita bahwa orang sekaliber Mahatma Gandhi pun tidak akan masuk surga, karena dia kafir, lebih-lebih kemudian saya tambah marah. namun sekarang saya paham, memang tujuan sejati orang Hindu tidaklah mengejar sorga. sorga dan kenikmatan yang ada di dalamnya bukanlah idam-idaman pemeluk Hindu sejati. ada yang jauh lebih indah dan membahagiakan dibandingkan kenikmatan surga. kenikmatan surga sangat terbatas. dari demikian banyaknya level kehidupan sorga terindah adalah yang di miliki Dewa Indra. dalam kepercayaan Budhis malah ada 33 jenis level kehidupan, dan sorga ada di dalam level-level itu.
Dalam Hindu ada 7 level sorga dan 7 level neraka, ada 21 tingkatan dalam keseluruhannya. namun dalam kesehariannya sering dikenal dalam 3 level saja, level Bhur-Bwah dan Swah. demikian banyak jenis dan kenimatan sorga, hampir tak terbatas dan dapat dibayangkan manusia.
Walau demikian banyak level-level sorga, tetap itu bukan tujuan sejati dari Hinduism, ada yang lebih indah di seluruh kenimatan surga yang di gabung menjadi satu, kebahagiaan sejati ini sering di sebut ananda. ananda inilah kebahagiaan sejati, kebahagiaan ini terjadi ketika manusia mencapai level “tanpa aku”, saat “aku” kecil bersatu dengan “AKU” yang lebih besar yang bernama Brahman.
Brahman bukanlah Brahma, Brahma adalah dewa pencipta seluruh mahluk di dunia ini, Tuhan(Brahman) menciptakan semesta dan isinya ini melalui fungsi Brahma. tidak ada satupun mahluk yang tercipta di dunia ini tanpa melalui sentuhan Brahma.
Brahma tidak hanya ada satu, namun ada ribuan Brahma. dan ada jutaan semesta. bumi hanyalah sebagian kecil dari ciptaan 1 dewa Brahma. demikianlah kosmologi Hindu tentang sang pencipta, dan khazanah Hindu yang demikian luas menjelaskan demikian tak terhingganya Brahman (Tuhan).
Kembali ke topik awal, dengan demikian orang-orang Hindu tidak seharusnya marah ketika dikatakan kafir dan tidak masuk surga seperti saya dahulu, karena sorga bukanlah tujuan sejati, bersatunya roh (atman) dengan paramaatman (brahman)lah tujuan tertinggi. bersatunya roh dengan tuhan inilah yang sering di ungkapkan oleh para leluhur di jawa dengan kalimat “tampaking kuntul anglayang”, dalam kata singkat disebut moksa atau nibbana.
Beberapa Jenis Moksa
Ada beberapa jenis moksa, ada yang moksa meninggalkan jazad di bumi, ada yang meninggalkan abu dan ada juga yang tidak meninggalkan apa-apa sama sekali, Yang Mulia Prabhu Siliwangi dari kerajaan pasundan salah satu contoh yang terkenal dengan kondisi murca-nya, sedangkan di bali terkenal dengan moksa tanpa jejaknya Yang Mulia Dang Hyang Nirata.
Walau demikian indahnya dan membahagiakannya moksa, namun sangat sulit mencapainya, pencapaian moksa bukanlah hanya cukup dengan melakukan kebaikan-kebaikan semata, namun jauh dari itu, melepaskan keinginan-keinginan menikmati sorgalah yang dapat manusia mencapai moksa, ketika manusia berbuat baik dengan mengharapkan kenikmatan-kenimatan sorga, dapat dipastikan dia sangat sulit mencapai moksa ini.
Sumber: Kopasiana