banner 970x250

Bersembahyang yang Baik dan Benar

QUESTION:
Bagaimanakah bersembahyang yang baik dan benar di Pura?

ANSWER:
Bersembahyang perlu suasana yang hening, damai, dan sakral. Sedapat mungkin usahakan agar anak-anak tidak ribut, berkelahi, menangis, atau tertawa terbahak-bahak di Pura.

Selagi bersembahyang ibu-ibu yang momong anak dapat menitipkan anaknya di jaba Pura kepada anggota keluarga lainnya, seterusnya diatur bergiliran. Dapat juga anak-anak dibawa bersembahyang asal diyakini tidak akan ribut di Pura.

Ibu-ibu tidak diperkenankan menyusui bayi di Pura karena air susu yang tidak sengaja menetes di halaman Pura akan menyebabkan “keletehan” Pura.

Selain itu wanita dilarang masuk ke Pura dengan rambut terurai (megambahan) karena rambut wanita yang terurai simbol: kasmaran, marah, atau “nesti”. Semuanya bertentangan dengan hakekat tujuan ke Pura.

Juga dilarang masuk ke Pura bagi yang: terluka parah, cacat badan (lumpuh, tangan/ kaki tidak lengkap), sakit lepra (atau Aids?), berkeringat banyak, mabuk, berpakaian tidak layak, dalam keadaan marah, sedih atau terlalu gembira.

Berbicara mengenai tata cara masuk ke Pura, dewasa ini lagi ngetren gadis-gadis (bahkan juga yang sudah tidak gadis lagi) pergi ke Pura memakai kebaya yang terbuat dari bahan tipis seperti kaca sehingga dengan jelas terlihat BH, dan bentuk payudara yang menyembul. Ini sangat bertentangan dengan norma Agama karena akan mengganggu konsentrasi orang lain yang bersembahyang.

Jika umat Islam bersembahyang dengan berusaha menutup auratnya sebanyak mungkin, kenapa kita kok bersembahyang dengan menonjolkan aurat, malukan? Nah para remaja putri, sadarlah, bersembahyanglah dengan pakaian yang baik dan sopan. Nanti ada tempat dan waktunya di mana remaja putri dapat memamerkan kemolekannya. Tetapi jangan di Pura. Sumber: Stitidharma.org

banner 120x600

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *